Rotating X-Steel Pointer

Rabu, 23 Februari 2011

LANGIT MENDUNG KUTHO NGAWI

By : Dhalang Poer

Jeng…
tak tulis layang iki
naliko langit kebak mendung
Gawang gawang katon lelakon kang wes kapungkur
naliko tak sawang netramu ing tegal papungan
tak laras pipimu ing watu kendal
lan tak geget latimu ing sendang glagah

Ahhhhhh,
nanging ora jeng
jebul tresnamu cetek koyo kali kang kebak padas
ringkih koyo kayu gapok
garing koyo jati aking
Aku wes ora duwe pangarep-arep maneh jeng

Dalan ikiy mbiyen nate tak liwati
nalikane langit mendung kutho ngawi
sendang glagah wes kinurip jroning ati
saben liwat aku ora biso lali
Tak ulati isih koyo wingi uni
ora kroso luh tumetes mbrebes mili
Roso nglangut yen katon-pan tanpo pagut
katresnanku rinenggut purpaneng pesthi...


A. ASAL- USUL NAMA NGAWI
Nama ngawi berasal dari “awi” atau “bambu” yang selanjutnya mendapat tambahan huruf sengau “ng” menjadi “ngawi”. Apabila diperhatikan, di Indonesia khususnya jawa, banyak sekali nama-nama tempat (desa) yang dikaitkan dengan flora, seperti : Ciawi, Waringin Pitu, Pelem, Pakis, Manggis dan lain-lain.
Demikian pula halnya dengan ngawi yang berasal dari “awi” menunjukkan suatu tempat yaitu sekitar pinggir ”Bengawan Solo” dan ”Bengawan Madiun” yang banyak tumbuh pohon “awi”. Tumbuhan “awi” atau “bambu” mempunyai arti yang sangat bernilai, yaitu :
1. Dalam kehidupan sehari-hari Bambu bagi masyarakat desa mempunyai peranan penting apalagi dalam masa pembangunan ini.
2. Dalam Agama Budha , hutan bambu merupakan tempat suci :
- Raja Ajatasatru setelah memeluk agama Budha, ia menghadiahkan sebuah ” hutan yang penuh dengan tumbuh-tumbuhan bambu” kepada sang Budha Gautama.
- Candi Ngawen dan Candi Mendut yang disebut sebagai Wenu Wana Mandira atau Candi Hutan Bambu (Temple Of The Bamboo Grove), keduanya merupakan bangunan suci Agama Budha.
3. Pohon Bambu dalam Karya Sastra yang indah juga mampu menimbulkan inspirasi pengandaian yang menggetarkan jiwa.
Dalam Kakawin Siwara Trikalpa karya Pujangga Majapahit ”Empu Tanakung” disebut pada canto (Nyanyian) 6 Bait 1 dan 2, yang apabila diterjemahkan dalam bahasa indonesia, lebih kurang mempunyai arti sebagai berikut :
- Kemudian menjadi siang dan matahari menghalau kabut, semua kayu-kayuan yang indah gemulai mulai terbuka, burung-burung gembira diatas dahan saling bersaut – sautan bagaikan pertemuan Ahli Kebatinan (Esoteric Truth) saling berdebat.
- Saling bercinta bagaikan kayu – kayuan yang sedang berbunga, pohon bambu membuka kainnya dan tanaman Jangga saling berpelukan serta menghisap sari bunga Rara Malayu, bergerak-gerak mendesah, Pohon Bambu saling berciuman dangan mesranya.
4. ”awi” atau ”bambu” dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia mempunyai nilai sejarah, yaitu dalam bentuk ”bambu runcing” yang menjadi salah satu senjata untuk melawan dan mengusir penjajah yang tenyata senjata dari ”bambu” ini ditakuti dari pihak lawan (digambarkan yang ”terkena” akan menderita sakit cukup lama dan ngeri).
Pada masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia ini ada juga ”bambu runcing” yang dikenal dan disebut dengan ”Geranggang Parakan”. Dengan demikian jelaslah bahwa ”ngawi” berasal dari ”awi” atau ”bambu”, Sekaligus menunjukkan lokasi Ngawi sebagai ”desa” di pinggir Bengawan Solo dan Bengawan Madiun.
  • Luas Wilayah 129.598 Ha
  • Jumlah Penduduk ± 869.955
  • Letak Geografis 111°10' - 111°40 BT dan 7°21' - 7°31' LS
  • Suhu 28° s/d 30° C

B. PENETAPAN HARI JADI NGAWI
Berdasarkan penelitian benda-benda kuno, menunjukkan bahwa di Ngawi telah berlangsung suatu aktifitas keagamaan sejak pemerintahan Airlangga dan rupanya masih tetap bertahan hingga masa akhir Pemerintahan Raja Majapahit. Fragmen-fragmen Percandian menunjukkan sifat kesiwaan yang erat hubungannya dengan pemujaan Gunung Lawu (Girindra), namun dalam perjalanan selanjutnya terjadi pergeseran oleh pengaruh masuknya Agama Islam serta kebudayaan yang dibawa Bangsa Eropa khususnya belanda yang cukup lama menguasai pemerintahan di Indonesia, disamping itu Ngawi sejak jaman prasejarah mempunyai peranan penting dalam lalu lintas (memiliki posisi Geostrategis yang sangat penting).
Dari 44 desa penambangan yang mampu berkembang terus dan berhasil meningkatkan statusnya menjadi Kabupaten Ngawi sampai dengan sekarang.
Penelitian terhadap peninggalan benda-benda kuno dan dokumen sejarah menunjukkan beberapa status Ngawi dalam perjalanan sejarahnya :
1. Ngawi sebagai Daerah Swatantra dan Naditira pradesa, pada jaman Pemerintahan Raja Hayam Wuruk (Majapahit) tepatnya tanggal 7 Juli 1358 Masehi, (tersebut dalam Prasati Canggu yang berangka Tahun Saka 1280)
2. Ngawi sebagai Daerah Narawita Sultan Yogyakarta dengan Palungguh Bupati – Wedono Monconegoro Wetan, tepatnya tanggal 10 Nopember 1828 M (tersebut dalam surat Piagam Sultan Hamengkubuwono V tertanggal 2 Jumadil awal 1756 AJ).
3. Ngawi sebagai Onder-Regentschap yang dikepalai oleh Onder Regent (Bupati Anom) Raden Ngabehi Sumodigdo, tepatnya tertanggal 31 Agustus 1830 M.
Nama Van Den Bosch berkaitan dengan nama ”Benteng Van Den Bosch Di Ngawi, yang dibangun pada Tahun 1839 – 1845 untuk menghadapi kelanjutan Perjuangan Perlawanan dan serangan rakyat terhadap penjajah, diantaranya di ngawi yang dipimpin oleh Wirotani, salah satu pengikut Pangeran Diponegoro. Hal ini dapat diketahui dari buku ”De Java Oorlog” karangan Pjf. Louw Jilid I Tahun 1894 dengan sebutan (menurut sebutan dari penjajah) : ”Tentang Pemberontakan Wirotani di Ngawi”. Bersamaan dengan ketetapan ngawi sebagai Onder – Regentschap telah ditetapkan pembentukan 8 regentschap atau Kabupaten dalam wilayah Ex. Karesidenan Madiun akan tetapi hanya 2 regentschap saja yang mampu bertahan dan berstatus sebagai Kabupaten yaitu Kabupaten Madiun dan Kabupaten Magetan. Adapun Ngawi yang berstatus sebagai Onder – Regentschap dinaikkan menjadi regentschap atau kabupaten, karena disamping letak geografisnya sangat menguntungkan juga memiliki potensi yang cukup memadai.
4. Ngawi sebagai regentschap yang dikepalai oleh Regent Atau Bupati Raden Adipati Kertonegoro pada tahun 1834 (Almanak Naam Den Gregoriaanschen Stijl, Vor Het Jaar Na De Geboorte Van Jezus Christus,1834 Halaman 31)
Dari hasil penelitian tersebut di atas, apabila hari jadi ngawi ditetapkan pada saat berdirinya Onder – Regentschap pada tanggal 31 Agustus 1830 berarti akan memperingati berdirinya pemerintahan penjajahan di Ngawi, dan tidak mengakui kenyataan statusnya yang sudah ada sebelum masa penjajahan.
Dari penelusuran 4 (empat) status Ngawi di atas, Prasati Canggu yang merupakan sumber data tertua, digunakan sebagai penetapan hari jadi ngawi, yaitu pada tahun 1280 Saka atau pada tanggal 8 hari Sabtu Legi Bulan Rajab Tahun 1280 Saka, tepatnya pada tanggal 7 Juli 1358 Masehi (berdasarkan perhitungan menurut Lc. Damais) dengan status ngawi sebagai Daerah Swatantra dan Naditira Pradesa.
Sesuai dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Ngawi dalam Surat Keputusannya Nomor 188.170/34/1986 tanggal 31 Desember 1986 tentang Persetujuan Terhadap Usulan Penetapan Hari Jadi Ngawi maka berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Ngawi Nomor 04 Tahun 1987 tanggal 14 Januari 1987, Tanggal 7 Juli 1358 Masehi Ditetapkan Sebagai ”Hari Jadi Ngawi”.
 
C. WISATA
 
MUSEUM TRINIL
Apakah anda gemar menelusuri sejarah masa silam dan sisa-sisa peradaban awal manusia? Apabila anda termasuk jenis pelancong seperti ini maka Ngawi menyediakan tempat khusus yang memiliki daya tarik bukan hanya sampai nasional, tetapi bahkan ke seantero jagat. Lokasi wisata budaya itu adalah Museum Purba di Trinil.
Museum Trinil ini terkenal sebagai tempat penyimpanan fosil manusia kera berjalan tegak (Phitecanthropus Erectus) yang ditemukan oleh seorang ilmuwan Belanda yang bernama Dr. Eugene Dubois pada tahun 1890. Fosil tersebut diperkirakan telah berusia kurang lebih 300.000 s/d 500.000 tahun.
Selain itu juga ditemukan fosil Banteng, Gajah Purba, Kapak genggam dan alat pengorek umbi yang terbuat dari tanduk rusa. Penemuan ini sangat berguna sekali bagi penelitian dan pendidikan khususnya di bidang sejarah kepurbakalaan.
Museum Trinil terletak di desa Kawu Kecamatan Kedunggalar yang terletak kurang lebih 13 km arah barat kota Ngawi, dan dapat dicapai dengan segala macam kendaraan. Museum ini tidak kalah menarik dibandingkan dengan obyek wisata yang lain karena terletak di tepi Bengawan Solo yang menjadikan museum ini memiliki panorama yang indah.
Fasilitas yang tersedia antara lain bangunan museum dan pendopo peristirihatan, tempat cenderamata, diaroma fosil purbakala lengkap dengan identitas dan deskripsinya, mushola, arena bermain anak-anak dan bumi perkemahan.

BENTENG VAN DEN BOSCH
Berbeda dengan tempat wisata lainnya, di pusat kota Ngawi terdapat sebuah peninggalan bangunan yang luar biasa, yaitu bekas benteng Belanda yang diberi nama dengan Benteng Van den Bosch. Hanya sayang posisi benteng ini berada di dalam wilayah institusi militer, dan sampai saat ini sepertinya jarang dikunjungi orang. Mungkin masyarakat merasa takut karena menganggap benteng itu bukan sebagai obyek wisata.
Posisinya benteng Van den Bosch terletak di Kelurahan Pelem, Kecamatan Ngawi sebelah utara kota Ngawi. Tepatnya di sudat pertemuan dua sungai besar yaitu Bengawan Solo dan Bengawan Madiun. Benteng ini dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1839-1845 dengan nama Fort Van den Bosch. 
Bangunan ini merupakan sebuah benteng militer yang pada saat itu merupakan bagian dari garis pertahanan Belanda di sepanjang jalur pos utama yang menghubungkan Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Lokasi obyek wisata bersejarah ini bisa dijangkau dengan semua sarana transportasi karena letaknya yang dekat dengan pusat kota.


PESANGGRAHAN SRIGATI
Kalaupun anda seorang pelancong yang ingin menikmati nuansa spiritual dan magis, di Ngawi juga terdapat lokasi wisata spiritual dengan panorama hutan. Lokasi ini diberi nama dengan Pesanggrahan Srigati.
Pesanggrahan ini terletak di desa Babadan Kecamatan Paron yang berada kurang lebih 12 km arah selatan kota Ngawi. Keberadaannya di kawasan hutan Ketonggo yang masih termasuk wilayah KPH Babadan dan KPH Geneng Kabupaten Ngawi dab lokasinya dapat dicapai dengan menggunakan berbagai jenis kendaraan umum.
Pesanggrahan Srigati merupakan obyek wisata spiritual yang menurut kepercayaan masyarakat sekitar daerah tersebut merupakan pusat keraton lelembut/makhluk halus. Maka jangan heran ketika memasuki wilayah ini akan merasa seolah-olah senyap dan berbau mistik. Di lokasi ini terdapat sebuah petilasan Raja Majapahit yang disebut Pesanggrahan Srigati dimana pada jaman dahulu dipercaya sebagai tempat beristirahatnya Prabu Brawijaya setelah kalah perang melawan Raden Patah pada tahun 1293.
Selain petilasan tersebut, terdapat juga beberapa lokasi yang memiliki nilai keramat yaitu : Sendang Drajat, Tugu Mas, Kraton Ketonggo Kencono, Gua Sebagus dan lain-lain.
Pada hari-hari tertentu seperti Jumat Pon dan Jumat Legi dan pada bulan Suro khususnya merupakan hari yang dikeramatkan oleh masyarakat. Pada bulan Suro diadakan acara adat "Ganti Langse" yang dihadiri oleh banyak peziarah dari berbagai daerah yang berniat untuk melaksanakan tirakatan atau semedi untuk ngalap berkah.

PERKEBUNAN TEH JAMUS
Jika anda merasa ingin melepaskan perasaan gerah atau panas yang selama ini mungkin dirasakan setiap hari di kota-kota besar, maka terdapat lokasi wisata di daerah pegunungan yang akan memberikan kesejukan. Lokasi itu adalah Perkebunan Teh Jamus.
Perkebunan ini suda berusia puluhan tahun dan secara geografis berada di lereng Gunung Lawu sebelah utara dengan ketinggian 1500 DPL, tepatnya di desa Girikerto, Kecamatan Sine. Dengan menempu jarak kurang lebih 40 km dengan berbagai jenis kendaraan ke arah barat daya kota Ngawi, anda akan menikmati suasana pegunungan dengan lerengnya yang berliku, hijau dan sejuk. Hamparan kebun teh bak permadani hijau dapat anda nikmati bersama keluarga.
Sepanjang perjalanan menuju lokasi wisata ini, dengan segera kita akan menikmati jalur khas pedesaan yang berliku-liku namun menambah kenyamanan dan kesejukan. Perkebunan Teh Jamus ini dikelola oleh PT. Candi Loka yang memproduksi teh dan juga air mineral Jamus yang diambil dari mata air "Sumber Lanang". Mata air yang terdapat di daerah tersebut oleh masyarakat sekitar dipercaya mempunyai tuah atau kekuatan gaib yang dapat membuat awet muda bagi setiap orang yang meminumnya.
Salah satu keunggulan wisata di perkebunan ini adalah nuansa harum teh yang menyegarkan. Juga akan ditemui suasana alami yang jauh dari kebisikan serta polusi udara yang menyesakkan.
Fasilitas yang tersedia antara lain taman yang dilengkapi kolam renang anak-anak, tempat berkemah.

AIR TERJUN SRAMBANG
Masih terletak di daerah pegunungan, jika anda belum puas atau menginginkan suasana dingin dan segar, maka lokasi wisata Air Terjun Srambang dapat menjadi pilihan yang tepat. Obyek wisata ini terletak di lereng Gunung Lawu sebelah utara, tepatnya di desa Girimulyo, Kecamatan Jogorogo. Dari kota Ngawi berjarak kurang lebih 27 km.
Air terjun Srambang mempunyai ketinggian 40 m dan kondisinya masih sangat alami karena belum tersentuh oleh pembangunan fisik yang kadang malah tidak mendukung baik dari sisi kelestarian alam maupun aspek estetika. Keaslian alam yang ada ini juga didukung karena untuk menuju ke lokasi tersebut kita harus melalui jalan setapak kurang lebih 1,5 km.
Selain air terjun ini, terdapat suatu keunikan alam yang oleh masyarakat setempat disebut dengan Kali Tiban (sungai yang datang dengan sendirinya). Fenomena ini sesungguhnya tercipta karena terjadinya gejala alam berupa tanah longsor yang kemudian menciptakan Kali Tiban. Panorama alam yang indah akan anda lalui ketika anda berjalan menuju ke lokasi air terjun ini.
Di lokasi wisata Air Terjun Srambang juga tersedia tempat yang berfungsi sebagai bumi perkemahan, yang dikenal dengan sebutan bumi perkemahan Ngrayudan. Karena lokasinya yang masih asri dan sunyi jauh dari hiruk pikuk masyarakat maka tempat ini sangat cocok, untuk berkemah sambil menikmati suasana alam yang masih asri.
Untuk menuju lokasi obyek wisata ini anda dapat menggunakan segala jenis kendaraan hingga di Desa Girimulyo, Kecamatan Jogorogo. Sedangkan untuk menuju ke lokasi harus di tempuh dengan berjalan kaki.

WANA WISATA MONUMEN SOERJO
Tempat wisata ini dibangun di kawasan hutan pemangkuan KPH Ngawi yang secara administratif terletak di desa Sidolaju, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi. Jarak yang harus ditempuh dari kota Ngawi adalah sekitar 19 km ke arah barat, tepatnya di tepi jalan raya antara Ngawi-Solo.
Kompleks Wana Wisata Monumen Soerjo ini dibangun untuk mengenang gugurnya tiga orang tokoh dari Jawa Timur, masing-masing Gubernur Soerjo, Komisaris Besar Polisi M. Doerjat dan Komandan Polisi Tk. I Soeroko. Ketiga orang pahlawan itu dibunuh oleh sekelompok kawanan dari anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1948 di kawasan hutan tersebut.
Di kawasan ini anda dapat beristirahat sejenak sambil menikmati pemandangan hutan jati setelah menempuh perjalanan antara Solo-Ngawi.
Di samping itu tak jauh dari monumen tersebut terdapat sebuah lokasi pasar burung dan puluhan monyet yang dijual secara bebas. Tidak jelas bagaimana peraturan untuk penjualan monyet itu mengingat sesungguhnya satwa yang satu ini termasuk jenis yang dilindungi oleh pemerintah.
Fasilitas yang ada antara lain hutan wisata dan tempat bermain anak, ruang informasi dan tempat penjualan cenderamata, Arboretrum, pasar burung, warung makan dan minum.

PEMANDIAN TAWUN
Bagi anda yang memiliki putra putri dan sekaligus tetap dapat menikmati suasana yang tenang, Ngawi menyediakan sebuah lokasi untuk bergembira bersama keluarga besar, yaitu taman rekreasi dan pemandian Tawun.
Pemandian Tawun merupakan taman rekreasi yang terkenal dengan habitat Bulus dan Sendang. Mata air yang dipakai untuk menyuplai air kolam renang dan juga mengairi sawah disekitarnya. Dilokasi wisata ini setiap tahun sekali oleh masyarakat sekitar diselenggarakan upacara adat yang disebut "Keduk Beji" yang banyak dihadiri oleh masyarakat dari berbagai daerah. Obyek wisata ini berada di desa Tawun Kecamatan Padas kurang lebih 7 km arah timur kota Ngawi, yang dapat dicapai dengan menggunakan segala jenis kendaraan baik umum maupun pribadi.
Fasilitas yang ada, kolam renang dewasa dan anak-anak, sendang alam dan habiitat bulus, hutan buatan dan taman bersantai, tempat bermain anak, penginapan, mushola, Toilet dan kamar mandi.

WISATA BAHARI di WADUK PONDOK & WADUK SANGIRAN
Waduk Pondok menawarkan beragam produk wisata bahari. Selain keindahan alam, wisatawan dapat menikmati berbagai wisata air. Seperti olah raga ski, memancing, atau jalan-jalan naik perahu bersama keluarga.
Obyek wisata alam bendungan ini terletak kurang lebih 20 km arah timur Kota Ngawi, tepatnya di desa Gandong Kecamatan Bringin, yang dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan umum maupun pribadi. 
 
 Waduk Pondok merupakan salah satu obyek wisata alam yang indah, dengan luas 2.596 ha waduk ini mempu menampung air sampai dengan 29 juta meter kubik, membuat waduk Pondok seperti hamparan air yang menyerupai danau dengan latar belakang hutan dan daerah perbukitan. Selain untuk wisata, waduk ini juga digunakan untuk irigasi, perikanan dan olahraga air.




D. SERBA-SERBI KOTA NGAWI
LOGO NGAWI RAMAH


ALUN-ALUN TERLUAS DI PROPINSI JAWA TIMUR

MASJID JAMI' TERMEGAH


HUTAN TERLUAS DI PROPINSI JAWA TIMUR
 

PONDOK MODERN "GONTOR PUTRI" TERBESAR ASIA TENGGARA
 


TERMINAL "KERTONEGORO" NGAWI = TIPE-A


TUGU MONAS NGAWI "TOWER PDAM  
Mau masuk jalan rumahQ, heee...
 
BUDAYA ASLI NGAWI "TARI OREK-OREK"

OLEH-OLEH KHAS KOTA NGAWI









INI SEKOLAH-KU WAKTU SMA DULU